Senin, 28 Februari 2011

Seni Menata Hati Dalam Bergaul



Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah tidak akan pernah langgeng dan cenderung menjadi masalah.
1. Aku Bukan Ancaman Bagimu
Kita tidak boleh menjadi seorang yang merugikan orang lain, terlebih kalau kita simak Rasulullah Saw. bersabda, "Muslim yang terbaik adalah muslim yang muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya." (HR. Bukhari)
Hindari penghinaan
Apapun yang bersifat merendahkan, ejekan, penghinaan dalam bentuk apapun terhadap seseorang, baik tentang kepribadian, bentuk tubuh, dan sebagainya, jangan pernah dilakukan, karena tak ada masalah yang selesai dengan penghinaan, mencela, merendahkan, yang ada adalah perasaan sakit hati serta rasa dendam.
Hindari ikut campur urusan pribadi
Hindari pula ikut campur urusan pribadi seseorang yang tidak ada manfaatnya jika kita terlibat. Seperti yang kita maklumi setiap orang punya urusan pribadi yang sangat sensitif, yang bila terusik niscaya akan menimbulkan keberangan.
Hindari memotong pembicaraan
Sungguh dongkol bila kita sedang berbicara kemudian tiba-tiba dipotong dan disangkal, berbeda halnya bila uraian tuntas dan kemudian dikoreksi dengan cara yang arif, niscaya kita pun berkecenderungan menghargainya bahkan mungkin menerimanya. Maka latihlah diri kita untuk bersabar dalam mendengar dan mengoreksi dengan cara yang tebak pada waktu yang tepat.
Hindari membandingkan
Jangan pernah dengan sengaja membandingkan jasa, kebaikan, penampilan, harta, kedudukan seseorang sehingga yang mendengarnya merasa dirinya tidak berharga, rendah atau merasa terhina.
Jangan membela musuhnya, mencaci kawannya
Membela musuh maka dianggap bergabung dengan musuhnya, begitu pula mencaci kawannya berarti memusuhi dirinya. Bersikaplah yang netral, sepanjang diri kita menginginkan kebaikan bagi semua pihak, dan sadar bahwa untuk berubah harus siap menjalani proses dan tahapan.
Hindari merusak kebahagiannya
Bila seseorang sedang berbahagia, janganlah melakukan tindakan yang akan merusak kebahagiaanya. Misalkan ada seseorang yang merasa beruntung mendapatkan hadiah dari luar negeri, padahal kita tau persis bahwa barang tersebut buatan dalam negeri, maka kita tak perlu menyampaikannya, biarlah dia berbahagia mendapatkan oleh-oleh tersebut.
Jangan mengungkit masa lalu
Apalagi jika yang diungkit adalah kesalahan, aib atau kekurangan yang sedang berusaha ditutupi.
Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kesalahan yang sangat ingin disembunyikannya, termasuk diri kita, maka jangan pernah usil untuk mengungkit dan membeberkannya, hal seperti ini sama denga mengajak bermusuhan.
Jangan mengambil haknya
Jangan pernah terpikir untuk menikmati hak orang lain, setiap gangguan terhadap hak seseorang akan menimbulkan asa tidak suka dan perlawanan yang tentu akan merusak hubungan.. Sepatutnya kita harus belajar menikmati hak kita, agar bermanfaat dan menjadi bahan kebahagiaan orang lain.
Hati-hati dengan kemarahan
Bila anda marah, maka waspadalah karena kemarahan yang tak terkendali biasanya menghasilkan kata dan perilaku yang keji, yang sangat melukai, dan tentu perbuatan ini akan menghancurkan hubungan baik di lingkungan manapun. Kita harus mulai berlatih mengendalikan kemarahan sekuat tenaga dan tak usah sungkan untuk meminta maaf andai kata ucapan dirasakan berlebihan.
Jangan menertawakannya
Sebagian besar dari sikap menertawakan seseorang adalah karena kekurangannnya, baik sikap, penampilan, bentuk rupa, ucapan dan lain sebagainya, dan ingatlah bahwa tertawa yang tidak pada tempatnya serta berlebihan akan mengundang rasa sakit hati.
Hati-hati dengan penampilan, bau badan dan bau mulut
Tidak ada salahnya kita selalu mengontrol penampilan, bau badan atau mulut kita, karena penampilan atau bau badan yang tidak segar akan membuat orang lain merasa terusik kenyamanannya, dan cenderung ingin menghindari kita.
2. Aku menyenangkan bagimu
Wajah yang selalu cerah ceria
Rasulullah senantiasa berwajah ceria, beliau pernah besabda, "Janganlah terlalu membebani jiwamu dengan segala kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan hal-hal yang ringan dan lucu, sebab bila hati terus dipaksakan memikul beban-beban yang berat, ia akan menjadi buta". (Sunan Abu Dawud).
Senyum tulus
Rasulullah senantiasa tersenyum manis sekali dan ini sangat menyenangkan bagi siapapun yang menatapnya. Senyum adalah sedekah, senyuman yang tulus memiliki daya sentuh yang dalam ke dalam lubuk hati siapapun, senyum adalah nikmat Allah yang besar bagi manusia yang mencintai kebaikan. Senyum tidak dimiliki oleh orang-orang yang keji, sombong, angkuh, dan orang yang busuk hati.
Kata-kata yang santun dan lembut
Pilihlah kata-kata yang paling sopan dengan dan sampaikan dengan cara yang lembut, karena sikap seperti itulah yang dilakukan Rasulullah, ketika berbincang dengan para sahabatnya, sehingga terbangun suasana yang menyenangkan. Hindari kata yang kasar, menyakitkan, merendahkan, mempermalukan, serta hindari pula nada suara yang keras dan berlebihan.
Senang menyapa dan mengucapkan salam
Upayakanlah kita selalu menjadi orang yang paling dahulu dalam menyapa dan mengucapkan salam. Jabatlah tangan kawan kita penuh dengan kehangatan dan lepaslah tangan sesudah dilepaskan oleh orang lain, karena demikianlah yang dicontohkan Rasulullah.
Jangan lupa untuk menjawab salam dengan sempurna dan penuh perhatian.
Bersikap sangat sopan dan penuh penghormatan
Rasulullah jikalau berbincang dengan para sahabatnya selalu berusaha menghormati dengan cara duduk yang penuh perhatian, ikut tersenyum jika sahabatnya melucu, dan ikut merasa takjub ketika sahabatnya mengisahkan hal yang mempesona, sehingga setiap orang merasa dirinya sangat diutamakan oleh Rasulullah.
Senangkan perasaannya
Pujilah dengan tulus dan tepat terhadap sesuatu yang layak dipuji sambil kita kaitkan dengan kebesaran Allah sehingga yang dipuji pun teringat akan asal muasal nikmat yang diraihnya, nyatakan terima kasih dan do’akan. Hal ini akan membuatnya merasa bahagia. Dan ingat jangan pernah kikir untuk berterima kasih.
Penampilan yang menyenangkan
Gunakanlah pakaian yang rapi, serasi dan harum. Menggunakan pakaian yang baik bukanlah tanda kesombongan, Allah Maha Indah dan menyukai keindahan, tentu saja dalam batas yang sesuai syariat yang disukai Allah.
Maafkan kesalahannya
Jadilah pemaaf yang lapang dan tulus terhadap kekurangan dan kesalahan orang lain kepada kita, karena hal ini akan membuat bahagia dan senang siapapun yang pernah melakukan kekhilafan terhadap kita, dan tentu hal ini pun akan mengangkat citra kita dihatinya.
3. Aku Bermanfaat Bagimu
Keberuntungan kita bukanlah diukur dari apa yang kita dapatkan tapi dari nilai manfaat yang ada dari kehadiran kita, bukankah sebaik-baik di antara manusia adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi hamba-hamba Allah lainnya.
Rajin bersilaturahmi
Silaturahmi secara berkala, penuh perhatian, kasih sayang dan ketulusan walaupun hanya beberapa saat, benar-benar akan memiliki kesan yang mendalam, apalagi jikalau membawa hadiah, insya Allah akan menumbuhkan kasih sayang.
Saling berkirim hadiah
Seperti yang telah diungkap sebelumnya bahwa saling memberi dan berkirim hadiah akan menumbuhkan kasih sayang. Jangan pernah takut miskin dengan memberikan sesuatu, karena Allah yang Maha Kaya telah menjanjikan ganjaran dan jaminan tak akan miskin bagi ahli sedekah yang tulus.
Tolong dengan apapun
Bersegeralah menolong dengan segala kemampuan, harta, tenaga, wakt atau setidaknya perhatian yang tulus, walau perhatian untuk mendengar keluh kesahnya.
Apabila tidak mampu, maka do’akanlah, dan percayalah bahwa kebaikan sekecil apapun akan diperhatikan dan dibalas dengan sempurna oleh Allah.
Sumbangan ilmu dan pengalaman
Jangan pernah sungkan untuk mengajarkan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, kita harus berupaya agar ilmu dan pengalaman yang ada pada diri kita bisa menjadi jalan bagi kesuksesan orang lain.
Insya Allah jikalau hidup kita penuh manfaat dengan tulus ikhlas maka, kebahagiaan dalam bergaul dengan siapapun akan terasa nikmat, karena tidak mengharapkan sesuatu dari orang melainkan kenikmatan kita adalah melakukan sesuatu untuk orang lain. Semata karena Allah Swt.

Ku Menangis Disaat Ku Marah

 
                Pada minggu lalu, ku selalu terdiam memikirkan temanku. Bagaimana caranya agar ku tidak selalu menangis pada saat merasakan sesuatu. Ku lebih baik terdiam saat ku mulai marah. Walaupun tindakanku sangat konyol saat menangis di WC, karena kutahankan kemarahanku atau kesedihanku. Ku merasa lega karena ku bisa menangis. Aku sangat sedih bila temanku selalu membuatku tertekan. Ya, tentunya harus bertahan menghadapinya. Tapi kuselalu berusaha menghibur diri agar ku tidak menjadi gila karena hal sepele. Aku tak tahu sifatku seperti apa. Jika aku kinestetik, ku menemukan bukti-bukti bahwa ku kinestetik. Kenapa ya, kuselalu melakukan sesuatu dengan perasaanku mulu? Kalo logika sama intelektual mah jangan ditanya lagi, pasti hidup memerlukan itu semua.
                Herannya, mengapa disaat ku selalu merasakan hal aneh atau apa lah yang menimpaku selalu membuatku menangis. Entah itu karena terharu, menahan kemarahan, atau sedih karena tertekan? Terlalu gampang untuk dibuatnya. Walaupun ku rada-rada sebel sama temanku itu, tapi aku selalu pasrah dengan apa yang terjadi. Ya, mungkin karena ku ingin mereka bahagia. Ku tetap terdiam tanpa mengeluarkan kemarahan. Karena ku tahu, marah itu memang tidak baik dan membuat kita tertekan. Cobalah untuk melapangkan hati kita dan selalu bersabar agar kita tidak selalu mengikuti hawa nafsu, ya contohnya marah. Tapi marah yang mana dulu nih? Ada marah karena kebaikan dan ada juga marah karena hawa nafsu. Semoga kita selalu marah karena kebaikan dan marah karena Allah juga.                
                Ku tak mau panjang lebar menceritakan hal ini, karena pasti ada privacy gitu deh hehe... Tapi kesimpulan dariku, marah itu mendingan dikeluarkan pada saat yang tepat dan dikeluarkannya bukan hanya dari mulut, tapi dari hati juga. Agar kita selalu menginstropeksi diri kita, apakah kita sudah bisa menahan amarah atau belum. Jika amarah kita tidak diatur, habislah kita dengan rasa dendam atau bisa berakibat negatif.Jadi, lebih baik menangis daripada marah. Pada dasarnya, pasti menurut orang-orang kita tuh cengeng, gampang tersinggung lah, segala gampang pokoknya. INGAT! Hanya kita sendiri yang merasakan apa yang terjadi pada diri kita, bukan orrang lain kan? Mereka tidak tahu apa yang kita rasakan sekarang. So, don’t be sad... Cause Allah always in ours heart. Laa Tahzan, Innallaha ma’ana J   

Allah Tahu Apa Yang Kurasakan



Mungkin ini perjalanan hidupku, ya karena hidup itu adalah tantangan untuk mendapatkan Syurga. Karena aku ga mau panjang lebar menceritakannya, dan susah juga untuk mengatakannya. Aku tahu kesalahanku, kesalahanku selalu memuncak. Apa karena itu tindakan bodohku? Bisa dibilang iya, tapi... Coba deh kalian rasakan, ada apa dibalik itu semua? Kadang kalian memikirkannya hanya lewat fisik saja dan kesalahannya. Bukanku karena ingin menyalahi orang lain, dan bukan aku untuk membenarkan diriku sendiri. Tapi aku tahu betul kejadian itu. Kalian boleh menyalahkan aku, tapi please jangan sampai kalian langsung menyimpulkan hal yang sepele ini dengan pemikiran yang negatif!
                Caraku berbeda dengan caramu.. Tapi aku punya tujuan untuk melakukan itu. Apa kalian tidak merasakannya? Kalian salah menyimpulkan. Dan aku juga tidak menyalahkan kalian.. Tapi tolonglah pahami perasaanku ini.. Apa kalian tidak merasakan yang kurasakan sekarang? Dan Allah sangat tahu betul perasaanku sekarang. Mungkin, tindakanku tidak dapat dipahami, tapi Allah paham dengan tindakanku. Biarlah aku seperti ini.
                Aku juga tidak mengerti kenapa aku seperti ini. Karena aku ingin teguh dalam pendirianku. Ya Allah, apa aku salah dalam menjalani hidup ini? Hidup itu perih ya... Tapi, aku yakin dibalik itu semua ada orang yang mengerti perasaanku yang selalu memotivasikan diriku, menasihatiku, selalu ada jika sedang sedih, selalu ada jika kusenang, dan lain-lain.
                Ya Allah, aku tak mau jika jauh dari-Mu... Aku ingin selalu bersama-Mu.. Kau-lah penyejuk hatiku.. Melindungiku, serta selalu ada jika aku sedang sedih dan senang. Memberikanku  kesempatan untuk menjalani hidup ini.  Agar ku selalu berada di jalan-Mu, jalan keridhoan-Mu.. Aku hanya ingin itu, jangan Kau membenciku, tapi luruskanlah...
                Dan aku teringat bila nanti aku meninggal, dimanakah tempatku? Syurga atau Neraka? Ya Allah... Jauhilah aku dari Api Neraka.. Dekatkanlah aku menuju Syurga-Mu.. Tempat orang-orang yang diridhoi oleh-Mu.. Tempat orang-orang yang selalu bersyukur pada-Mu.. Dan ku ingin bertemu Rasulullah SAW... Ku ingin dekat dengannya. Sebagaimana Syurga itu indah sekali dari apa yang kita bayangkan.
                Ya Allah, jadikanlah aku menjadi ummat Rasulullah SAW, kita tidak tahu seperti apakah beliau. Yang selalu membawa kebenaran dimasa hidupnya. Yang menjadi teladan bagi seluruh ummat manusia.  Ku ingin bertemu dengannya Ya Allah.. Berikanlah cahaya-Mu untuk menerangi bumi ini sehingga manusia dapat mengenal-Mu...

Sabtu, 26 Februari 2011

Wanita Sebagai Pendidik

  1. Tidak meremehkan hak Allah (kewajiban beribadah kepada-Nya).
  2. Baik bacaan Al-Qurannya dan berusaha menghapalkannya.
  3. Hapal dengan baik hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa membantunya dalam urusan agama.
  4. Tidak menyia-nyiakan hak suaminya.
  5. Tidak menyia-nyiakan hak anaknya.
  6. Menghiasi diri dengan akhlak mulia.
  7. Menghiasi diri dengan kesabaran.
  8. Memiliki kemampuan dalam mengatur waktunya.
  9. Mendapatkan izin suaminya untuk keluar mengajar.
  10. Tidak ikhtilath (campur baur dengan pria).
  11. Patuh dengan busana muslimah.
  12. Ikhlas dalam bekerja.
  13. .Bertakwa kepada Allah.
  14. Berilmu.
  15. Bersifat santun dan lembut.
  16. Bertanggungjawab.
  17. Berpengetahuan dan berwawasan, serta mengetahui masalah-masalah aktual.
  18. Berkepribadian tangguh dan berakhlak mulia.

Metode Mengajar dan Mendidik

  1. Melakukan pendekatan dengan akhlak yang baik.
  2. Senantiasa mengucapkan salam kepada anak didik.
  3. Memotivasi mereka untuk selalu shalat tepat waktu.
  4. Mengingatkan mereka tentang keesaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  5. Selalu mengingatkan tentang cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meneladani beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  6. Menceritakan kisah para Nabi a’alihimus salam, shahabat radhiyallahu ‘anhum, dan pahlawan Islam.
  7. Mengajarkan rukun islam dan rukun iman.
  8. Memberi mereka pelajaran tentang akidah yang benar dan mengingatkan mereka dari akidah yang rusak.
  9. Memotivasi untuk menghapal Al-Quran dan mengamalkannya.
  10. Memotivasi untuk menghapal hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengamalkannya.
  11. Mengajarkan perilaku teladan dan akhlak mulia.
  12. Menarik perhatian anak didik dan menumbuhkan kerinduannya untuk belajar.
  13. Keteladanan.
  14. Memotivasi untuk gemar belajar dan mencintai ilmu.
  15. Mengajarkan etika berbicara dengan orang lain.
  16. Mengajarkan zikir-zikir yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  17. Mengingatkan tentang halal dan haram.
  18. Melarang bergaul dengan teman yang jelek.
  19. Mengajarkan adab islami.
  20. Mengajarkan menjaga hak orang lain.
  21. Melatih membaca dan menulis secara kontinyu.
  22. Memberikan solusi dari permasalahan mereka.
  23. Memotivasi untuk tekun belajar, serta menghormati ilmu dan guru.
  24. Menganjurkan untuk berpenampilan baik dan bersih.
  25. Melarang untuk taklid buta.
  26. Menganjurkan untuk berbakti kepada kedua orangtua.
  27. Mendidik anak untuk cinta jihad dan keberanian.
  28. Mengajarkan anak perempuan hukum khusus yang berkaitan dengan mereka dan hikmah diturunkannya.
  29. Menyayangi mereka.
  30. Mengajarkan kesabaran.
  31. Menganjurkan memberi maaf (jika itu bermanfaat), menahan emosi, dan membalas kejelekan dengan kebaikan.
Metode Mengajar Mata Pelajaran
  1. Memulai dengan mengucapkan salam.
  2. Memotivasi melalui nasihat ringan.
  3. Memulai menjelaskan pelajaran secara berurutan dan sistematis.
  4. Pemecahan masalah.
  5. Selalu memantau dan mengevaluasi.
  6. Menjauhi kata-kata kotor ketika memarahi anak dan tidak memukul wajah.
  7. Memperhatikan keadaan murid yang bersalah.
  8. Menyampaikan nasihat ringan di akhir pelajaran bila waktu masih tersisa.
  9. Berpisah dengan mereka dengan menyampaikan salam.

Jumat, 25 Februari 2011

Taqwa kepada Allah Sesuai Kesanggupan



Bertaqwa kepada Allah adalah awal dari segalanya. Semakin tebal ketaqwaan seseorang kepada Allah, semakin tinggi kemampuannya merasakan kehadiran Allah. Al-Qur`an memberikan contoh beberapa rasul yang dapat kita bandingkan dengan diri kita sehingga paham bahwa kita dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt..
Allah swt. menginginkan manusia agar bertaqwa dengan sebenar-benarnya. Berbagai cara untuk menunjukkan penghormatan kepada Yang Mahakuasa dapat dilakukan, sebagai contoh: berjalan di jalan Allah, melakukan perbuatan baik, mengikuti contoh-contoh yang diberikan para rasul, menaati serta memperhatikan ajaran-ajaran Allah, dan sebagainya.

“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (at-Taghaabun: 16)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102)

Takdir

Tidak ada satu pun di alam ini yang terjadi secara kebetulan, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur`an, “... Allah mengatur urusan (makhluk-Nya)….” (ar-Ra’d: 2) Dalam ayat lain dikatakan, “… dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)....” (al-An’aam: 59) Dialah Allah Yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, bagaimana mereka berawal dan berakhir. Dia pulalah yang menentukan setiap gerakan bintang-bintang di jagat raya, kondisi setiap yang hidup di bumi, cara hidup seseorang, apa yang akan dikatakannya, apa yang akan dihadapinya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur`an,
“Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (al-Qamar: 49)
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (al-Hadiid: 22)
Kaum mukminin seharusnya menyadari kenyataan yang agung ini. Sebagai konsekuensinya, sudah seharusnya mereka tidak berbuat kebodohan seperti orang-orang yang menolak kenyataan dalam hidupnya. Dengan memahami bahwa hidup itu hanya ”mengikuti takdir”, mereka tidak akan pernah kecewa atau merasa takut terhadap apa pun. Mereka menjadi yakin dan tenang seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. yang bersabda kepada sahabatnya, “Janganlah kamu berdukacita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (at-Taubah: 40) ketika sahabatnya itu merasa khawatir ditemukan para pemuja berhala yang bermaksud membunuh mereka ketika bersembunyi di dalam gua.

Kekuatan Iman Siti Hajar

Dari Syria, Nabi Ibrahim membawa Hajar dan Ismail, menyusuri padang pasir yang kering dan menyengat. Dalam terik matahari di tengah tengah padang pasir yang kering kerontang, Nabi Ibrahim, menunggang unta bersama Siti Hajar. Perjalanan agak sukar, namun hal itu tidak menghambat perjalanan mereka.
Sepanjang perjalanan, dikuatkan hatinya untuk terus bertawakal. Dia yakin, Allah tidak akan menganiaya hamba-Nya. Pasti ada hikmah di balik perintah itu. Berbulan bulan perjalanan, tibalah mereka di Makkah. Nabi Ibrahim masih juga berjalan hingga mereka tiba di sebuah lembah di tengah tengah padang pasir. Lembah ini sunyi sepi. Sepanjang mata memandang, tak ada pepohonan bahkan mata air sebagai syarat utama kehidupan. Tapi Ibrahim tak punya pilihan lain. Allah telah memilih tempat ini sebagai tempat tinggal Hajar dan anaknya Ismail. Inilah tempat yang ditunjuk Allah menjadi daerah berlindung anak istrinya. Nabi Ibrahim turun dari untanya dan mengikat tali unta di sebatang pokok tamar.
Panas matahari seakan menyengat. Ibrahim sangat haus, namun ia tidak perduli. Yang difikirkannya, bagaimanakah cara memberitahu isterinya mengenai perintah Allah itu. Sepanjang perjalanan lidahnya seolah olah kelu untuk berkata kata. Selepas Siti Hajar diturunkan, Ibrahim menurunkan semua perbekalan ala kadarnya untuk Hajar dan Ismail. Ia menata sekedarnya tempat itu. Dibuatnya atap dedaunan untuk tempat Ismail tidur. Setelah itu diciumnya kening istri yang dicintainya itu. Dengan suara parau, Ibrahim mohon pamit.
“Wahai suamiku, apakah aku akan ditinggalkan bersama anakmu di sini?”
Tanpa memandang wajah isterinya, Nabi Ibrahim hanya mampu menganggukkan kepala. “Oh… kiranya karena dosaku menyebabkan engkau bertindak begini, ampunkanlah aku. Aku tidak sanggup ditinggalkan di tengah-tengah padang pasir yang kering kerontang ini.”
Nabi Ibrahim menjawab: “Tidak wahai isteriku, bukan karena dosamu…”
Siti Hajar bertanya lagi: “Kalau bukan kerana dosaku, bagaimana dengan anak ini… Anak ini tidak tahu apa-apa. Tegakah engkau meninggalkannya?”
Kepiluan dan kesedihan Nabi Ibrahim, hanya Allah yang tahu. Katanya: “Tidak, bukan itu maksudku. Tapi apa dayaku… ketahuilah, ini semua adalah perintah Allah.”
Apabila disebut perintah Allah, Siti Hajar terdiam. Kelu lidahnya untuk terus merayu. Terbayang olehnya penderitaan yang bakal dihadapi sendirian nanti. Dia yakin kalau tidak kerana perintah Allah, mana sanggup suaminya meninggalkan dia serta anaknya di situ.
Siti Hajar berupaya menguatkan tawakkal dan pertolongan kepada Allah. Namun hatinya masih tertanya-tanya, apakah hikmah dibalik perintah Allah itu? Ketika gejolak hatinya semakin memuncak, dengan rahmat Allah, disingkapkan oleh Allah penglihatan Siti Hajar ke suatu masa akan datang. Digambarkan tempat itu nantinya akan didatangi oleh manusia dari seluruh pelosok dunia, yang berduyun-duyun datang untuk membesarkan Allah.
Melihat peristiwa itu, teguhlah hatinya. Cinta dengan Allah, dengan menegakkan agama-Nya, memerlukan pengorbanan. Lalu dengan hati yang berat tetapi penuh keyakinan, Siti Hajar berkata kepada suaminya: “Jika benar ia adalah perintah Allah, tinggalkanlah kami di sini. Aku ridho ditinggalkan.” Suara Siti Hajar mantap sambil menyeka air matanya.
Ditabahkan hatinya dengan berkata: “Mengenai keselamatan kami, serahkanlah urusan itu kepada Allah. Pasti Dia akan membela kami. Tidak mungkin Dia menganiaya kami yang lemah ini.”
Siti Hajar menggenggam tangan suaminya. Kemudian diciumnya, minta ridho atas segala perbuatannya selama mereka bersama. “Doakanlah agar datang pembelaan Allah kepada kami,” kata Siti Hajar.
Nabi Ibrahim terharu dan bersyukur. Isterinya, Siti Hajar memang wanita terpilih. Dia segera mengangkat tangannya untuk berdoa: “Ya Tuhan kami. Aku tinggalkan anak dan isteriku di padang pasir yang tandus tanpa pohon berkayu dan buah-buahan. Ya Tuhan kami, teguhkanlah hati mereka dengan mendirikan sholat, jadikanlah hati manusia tertarik kepada mereka, karuniakanlah rezeki pada mereka daripada buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu.”
Menetes air matanya mendoakan keselamatan anak dan isteri yang dicintai. Hati suami mana yang sanggup meninggalkan anak dan isteri di padang pasir tandus sejauh enam bulan perjalanan dari tempat tinggalnya. Namun atas keyakinan pada janji Allah, ditunaikan juga perintah Allah walaupun risiko yang bakal dihadapi adalah besar.
Selesai berdoa, tanpa menoleh ke arah isteri dan anaknya, Nabi Ibrahim terus meninggalkan tempat itu dengan menyerahkan mereka terus kepada Allah. Tinggallah Siti Hajar bersama anaknya yang masih merah dalam pelukannya. Diiringi kepergian suaminya dengan linangan air mata dan syukur. Ditabahkan hati untuk menerima segala kemungkinan yang akan terjadi.
Tidak lama selepas kepergian Nabi Ibrahim, perbekalan makanan dan minuman pun habis. Air susunya juga kering sama sekali.
Anaknya Ismail menangis kehausan. Siti Hajar kebingungan. Di mana hendak diusahakannya air di tengah padang pasir yang kering kerontang itu?
Ketika dia mencari-cari sumber air, dilihatnya dari jauh seperti ada air di seberang bukit. Dia berlari ke arah sumber air itu. Tetapi apa yang dilihatnya hanyalah fatamorgana.
Namun Siti Hajar tidak berputus asa. Dari tempat lain, dia melihat seolah-olah di tempat di mana anaknya diletakkan memancar sumber mata air.
Dia pun segera berlari ke arah anaknya. Tetapi sungguh malang, yang dilihatnya adalah fatamorgana. Tanpa disadari dia bolak-balik sebanyak tujuh kali antara dua bukit, Safa dan Marwa untuk mencari sumber air.
Tubuhnya keletihan berlari ke sana ke mari mencari sumber air, namun tiada tanda-tanda dia akan mendapat air. Sedangkan anak yang kehausan itu terus menangis sambil menghentak-hentakkan kakinya ke bumi. Tiba-tiba dengan rahmat Allah, sedang Siti Hajar mencari-cari air, terpancarlah air dari dalam bumi di ujung kaki anaknya Ismail.
Pada waktu itu gembiranya hati Siti Hajar bukan kepalang. Dia pun mengambil air itu dan terkeluar dari mulutnya, “Zam, zam, zam..” yang berarti, berkumpullah, berkumpullah. Seolah-olah dia berkata kepada air itu, “Berkumpullah untuk anakku.”
Selepas peristiwa itu, banyak kabilah yang berlalu akan berhenti untuk mengambil air. Ada pula yang terus bermukim di lembah Bakkah (Makkah) kerana dekat dengan sumber air itu. Begitulah kehendak Allah. Sengaja didatangkan sebab musabab untuk menjadikan Islam gemilang dan Makkah menjadi tempat ziarah umat manusia.

*Kisahislami

Senin, 21 Februari 2011

Islam Bukan Agama Teroris!




                Masa ini, tersebar opini di beberapa media kafir dan zionis bahwa Islam adalah agama teroris dan kaum Muslimin menyerukan perang terhadap semua umat manusia di setiap waktu dan tempat. Tapi, opini itu seratus persen SALAH. Sesungguhnya, perang di dalam Islam memiliki beberapa syarat tertentu, permulaan, dan nilai kemuliaan. Umat manusia belum dan tidak akan sampai pada bagian sepersepuluh dari syarat itu, karena Islam adalah agama yang penuh rahmat dan keadilan bagi alam semesta ini.
                Mari kita simak firman Allah dalam sebuah ayat pendek yang menjelaskan hukum-hukum jihad dalam Islam. Semua itu dirangkum dalam sebuah kalimat ringkas dari firman Allah Sang Maha Raja,
“Dan perangilah dijalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al-Baqarah:190)
                Saya berharap semoga saudaraku seiman bisa memerhatikan masalah itu dengan sebaik-baiknya hingga tidak menemukan keraguan didalam Islam dan tidak membimbangkan kebenaran Al-Qur’an. Dengan begitu, mereka meyakini bahwa tidak ada lagi di dunia ini, timur maupun barat, sekarang maupun masa mendatang, orang yang bisa menyerupai prajurit Islam seperti yang tertera dalam firman diatas “Dan perangilah dijalan Allah”.
Peperangan haruslah memiliki tujuan yang benar dan diridhoi oleh Allah. Tidak dibenarkan melakukan peperangan untuk tujuan pribadi atau pertarungan politik. Tapi, perang dalam Islam disyariatkan untuk membela diri, menolak perbuatan zalim, yang dilancarkan oleh orang-orang zalim terhadap golongan lemah yang tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankan diri, atau untuk melawan serangan orang yang memusuhinya meskipun hanya dilakukan oleh seseorang saja.
                Seperti kejadian disekolahku kini, karena seorang guru tidak semena-mena melakukan tindakan kekerasan pada anak didiknya itu. Lantas, apa yang dilakukan siswa tersebut? Mereka telah menjadi korban atas kekerasan salah satu guru itu. Pada dasarnya, sejak dulu sebelum angkatan 8 ada, sebenarnya mereka ingin sekali untuk mengeluarkan guru itu untuk tidak mengajar lagi disekolah kami. Dan angkatan dulu belum berani untuk melakukan demo atas kekerasannya yang melampaui batas. Akhirnya, Allah telah meridhoi angkatan 6 untuk melakukan demo tersebut, meskipun resikonya sangat berat, tetapi mereka tidak mudah putus asa dan tidak ingin ada kekerasan lagi, bahkan mereka rela melakukan ini untuk adik kelasnya agar tidak mengalami seperti kakak kelasnya.
                Memang, di situ ada hal negatif dan hal positif yang tertera dalam demo tersebut. Tetapi sepertinya mereka ingin memerdekakan kita dari kekerasan guru. Karena kami belum mengetahui kejadian tersebut. Karena mereka mempunyai alasan untuk mengeluarkan guru yang suka menyakiti siswa itu.
                Kami menemukan bukti-bukti bahwa kakak kelas kami tidak bersalah. Karena sebelumnya, para alumni sekolah kami juga menyetujui untuk mengeluarkannya.