Kamis, 23 Juni 2011

Kecerdasan Emosional :)




Kecerdasan emosional dalam pengertian Goleman tampaknya lebih ditujukan pada upaya mengenali, memahami dan mewujudkan emosi dalam porsi yang tepat. Hal lain yang juga penting dalam kecerdasan emosional ini adalah upaya untuk mengelola emosi agar terkendali dan dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan terutama yang terkait dengan hubungan antar manusia (Rostiana, 1997).

Reuven Baron (dalam Coleman, 2000) berpendapat bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi seseorang untuk berhasil dalam mengatasi hambatan dan tekanan lingkungan.

Shapiro (1999) kecerdasan emosional sangat berhubungan dengan berbagai hal yaitu perilaku moral, cara berfikir yang realistik, pemecahan masalah, interaksi sosial, emosi diri, dan keberhasilan baik secara akademik maupun pekerjaan. Secapramana (1999) mengemukakan kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali, mengolah dan mengontrol emosi agar seseorang mampu berespon secara positif terhadap setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tersebut.

Kesimpulannya bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengenali, mengelola dan mengendalikan emosi pada diri sendiri, memahami perasaan orang lain, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, pemecahan masalah, serta berpikir realistis sehingga mampu berespon secara positif terhadap setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tersebut.

Kecerdasan emosional merupakan suatu konsep baru yang sampai saat ini belum ada definisi yang baku yang menerangkan. Telaah mengenai arti kecerdasan emosional biasanya terkait dengan kemampuan seseorang dalam menggunakan aspek pikiran dan emosi untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan (Seca Pramana, 1999).
Salovey dan Mayer tahun 1990 menerangkan bahwa kualitas-kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan, di antaranya adalah empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, pengendalian amarah, kemandirian, kemampuan memecahkan masalah pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat (Shapiro, 1999).

Coleman (2000) mengartikan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain.

Menurut Shapiro (1999) kecerdasan emosional sangat berhubungan dengan berbagai hal yaitu perilaku moral, cara berpikir yang realistik, pemecahan masalah, interaksi sosial, emosi diri dan keberhasilan, baik secara akademik maupun pekerjaan.

Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Salavey dan Mayer, ada lima aspek dalam kecerdasan emosional (dalam Coleman, 2000) yaitu :
a. Mengenali emosi diri, merupakan inti dan dasar dari kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu bagi pemahaman diri dan kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
b. Mengenali emosi diri yaitu kemampuan untuk menguasai perasaannya sendiri agar perasaan tersebut dapat diungkap dengan tepat. Orang tidak mampu mengelola emosinya akan terus menyesali kegagalannya sedangkan mereka mampu mengelola emosinya akan segera bangkit dari kegagalan yang menimpanya.
c. Memotivasi diri sendiri yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dan menahan diri terhadap kepuasan sesaat untuk tujuan yang lebih besar, lebih agung dan lebih menguntungkan.
d. Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi, yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain yaitu kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, meyakinkan, mempengaruhi dan membuat orang lain nyaman, serta dapat terjadi pendengar yang baik.

Menurut Goleman (2000) mengemukakan bahwa ada aspek kecerdasan emosional yaitu :
a. Kesadaran diri, yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang ia rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu dalam pengambilan keptuusan bagi diri sendiri.
b. Pengaturan diri yaitu kemampuan seseorang menangani emosinya sendiri sehingga berdapak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
c. Motivasi diri, kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif serta mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.
d. Empati yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe orang.
e. Ketrampilan sosial yaitu kemampuan untuk mengendalikan emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan cermat dapat berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan permasalahan dan bekerja sama dengan tim.

Setelah membaca sedikit penjelasan mengenai kecerdasan emosional diatas, pasti para pembaca akan bertanya-tanya bagaimana kita bisa mengetahui kecerdasan emosi seseorang? Tidak begitu sulit untuk mengetahui kecerdasan emosional seseorang, anda dapat menggunakan Emotional Intelligence Self-Evaluation (EISE) yang merupakan instrumen tes psikologi yang dikembangkan untuk mengukur kapasitas kecerdasan emosional.

Minggu, 19 Juni 2011

Allah Adalah yang Terdekat dengan Diri Kita

Karena seorang manusia bukanlah akumulasi materi melainkan suatu “ruh jiwa”, lalu siapakah yang menampilkan, atau lebih tepatnya “menciptakan” dan menampilkan, kumpulan persepsi yang disebut “materi” kepada jiwa kita?
Jawaban atas pertanyaan ini sangat jelas: Allah, Yang “meniupkan” ruh-Nya ke...pada manusia, adalah Pencipta segala sesuatu di sekeliling kita. Satu-satunya sumber persepsi adalah Allah. Tidak ada yang bukan ciptaan-Nya. Dalam ayat berikut, Allah menceritakan bahwa Dia men-ciptakan segala sesuatu dan jika tidak, tidak akan ada sesuatu pun.

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Faathir, 35: 41) !

Sebagai hasil dari pengondisian yang terus-menerus yang diterima manusia sejak lahir, mereka mungkin tidak bersedia menerima fakta ini. Namun, bagaimanapun mereka menghindari mendengar atau melihat-nya, ini adalah sebuah fakta yang jelas. Semua citra yang ditunjukkan ke-pada manusia adalah ciptaan Allah. Lebih-lebih lagi, tidak hanya dunia luar tetapi juga semua tindakan yang menurut seseorang ia lakukan terjadi hanya dengan kehendak Allah. Suatu tindakan yang independen dan terpisah dari kehendak Allah adalah tidak mungkin.

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. Shaffat, 37: 96) !

“Maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika ka-mu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengeta-hui.” (QS. Al Anfaal, 8: 17) !

Sebagai hasil dari semua ini kita memahami bahwa satu-satunya keberadaan yang absolut adalah Allah. Tidak ada sesuatu pun kecuali Dia. Dia meliputi segala sesuatu di langit, bumi, dan segala sesuatu di antaranya. Allah menyebutkan di dalam Al Quran bahwa Dia ada di mana-mana dan bahwa Dia meliputi segala sesuatu:
“Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan ten-tang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguh-nya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS. Fushilaat, 41: 54) !

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah . Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah, 2: 115) !

“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa', 4: 126) !

“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS. Al Israa', 17: 60) !

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud, tetapi Allah menghukum kamu disebabkan yang disenga-ja oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS. Al Baqarah, 2: 255) !

Allah meliputi Anda dari depan, belakang, kanan, kiri, yakni dari se-gala arah; Dia Yang menyaksikan Anda kapan pun, di mana pun, sepe-nuhnya mengendalikan di dalam di luar diri Anda, dan lebih dekat kepa-da Anda dibandingkan urat leher Anda itulah Allah, Yang Mahakuasa, satu-satunya.

"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (QS. Al Baqarah, 2:32) !

Kita melihat segala sesuatu di sekitar kita berwarna di dalam kegelapan otak kita, sebagaimana taman ini terlihat berwarna dari jendela kamar yang gelap.

Ketika kita berada di dalam sebuah ruangan, kita menganggap diri kita berada di sebuah tempat yang terbatas, dan ketika berada di tepi laut kita berada di tempat yang sangat luas. Hal ini, dalam beberapa ukuran, hanyalah ilusi, karena sebenarnya, kita mengalami kedua keadaan di dalam tempat yang sangat sempit di dalam otak kita.

Di dalam mimpi kita, kita dapat memimpikan diri kita berada di kepulauan tropis. Kita menjalani momen itu dengan semua realitasnya. Tidak seorang pun dapat meyakinkan kita bahwa kita sedang bermimpi pada saat itu. Baru setelah terbangun kita mengerti bahwa kita tadinya bermimpi.