Sabtu, 30 Juni 2012

Saat Ku Remaja



Ya Allah.. Tak terasa kusudah mulai beranjak menuju remaja pertengahan akhir. Hati ini belum bisa untuk mengemban amanah untuk menjadi pribadi yang shalihah.. Sekarang aku tak ingat bahwa ketika tahun ajaran baru, aku menjadi kakak kelas tertua yaitu kelas 12. Entah banyak dosa-dosaku yang aku buat selama ini. Aku hanya bisa memohon pada-Mu untuk selalu ketetapan iman pada diriku. Semampuku. Bagaimana kelak orang tuaku dipertanggung-jawabkan mendidik anak dengan baik atau tidak. 

Aku hanya titipan dari-Mu, aku mohon... Rahmatilah keluargaku termasuk orang tuaku Ya Rabb.. Dengan kasih sayangnya mereka mendidiku sampai sekarang ini.. Aku hanya bisa berdoa pada-Mu kebaikan kepada orang tuaku. Dan aku tak tahu harus bagaimana ketika aku berada diperkuliahan nanti.

Ya, diriku bisa lebih mandiri. Namun bagaimana ketika aku menghadapi virus-virus merah jambu menemuiku? Walaupun itu memang fitrah, namun aku harus tetap menjaga kesucianku. Pasti banyak godaan dan cobaan. Tapi, aku hanya bergantung pada-Mu dan kumohon lindungilah aku dari panahan syetan Ya Rabb.. Sertakanlah aku dalam kelemah-lembutan dari rahmat-Mu. Sabar dari kasih sayang-Mu.

Orang lain mungkin menganggap diriku aneh seperti ini, tapi yaa harus bagaimana lagi memang inilah sifat dan sikapku yang tak bisa tergesa-gesa dalam berbuat sesuatu, namun aku bisa mengendalikannya sesuai kondisi. Dan satu-satunya yang paling penting adalah KETENANGAN. Itulah rasa yang paling nyaman dalam hidupku.

Rabu, 27 Juni 2012

Aku dan Sepucuk Melati




Mahkota putih yang cantik..
Berjatuhan mengelilingi tanah
Harum semerbak bagaikan parfum dunia
Satu demi satu kuambil
Kuamati sepucuk melati
Oh Tuhan, sepucuk melati ini sungguh indah
Menebarkan pesona dalam dirinya
Kubersimpuh atas kebesaran-Mu ini
Bisakah aku menikmatinya, sepucuk saja...
Menari dan bermain bersamanya
Kusimpan pada telingaku
Agar kau selalu tetap denganku
Menghangatkan jiwa sepi
Aku ingin sepertimu
Yang bisa mengeluarkan kharisma indah tersendiri
Yang membuat bunga-bunga lain cemburu padamu
Memberikan kesejukkan hati
Aku dan sepucuk melati.




Shofiyatunnisa
Tasikmalaya, 27 Juni 2012

Selasa, 19 Juni 2012

Sahabat Kecilku...


Sahabat kecilku..
Masihkah kau ingat aku?
Yang dulu kita selalu bersama...
Tempat di mana kita belajar mengaji
Sambil bermain..

Saat aku belum mengenal arti persahabatan
Kau kadang menjadi musuhku
Tapi ketika bermain bersama..
Dengan teman-teman, keceriaan datang..
Sahabat kecilku..

Mungkin karena jarak yang tak mungkin bertemu lagi
Kau jauh melangkah
Apakah kita akan berjumpa kembali?
Sahabat kecilku, 

Masih ingatkah ketika waktu kecil dulu?
Bermain kejar-kejaran sampai aku terjatuh
Masihkah kau ingat sewaktu kau terjatuh di lubang-lubang kecil?
Sampai aku menertawakan dirimu..
Masa itu tak kan aku lupakan..

Bersama teman-temanku
Pada masa kecil, bahkan belum tau apa-apa
Sekarang, pasti karena waktu terus berganti..
Tak terasa kita sudah benar-benar mengenal kehidupan..
Aku, mereka dan kau sudah besar..
Ternyata persahabatan ketika kecil baru kurasakan sekarang..
Terima kasih kawanku,
Kau sudah mau berteman denganku
Aku harap kau menjadi sahabatku selamanya.. J

Senin, 04 Juni 2012

Menulis Ketika UKK :)


Sekarang sedang UKK, aku masih bisa ngetik-ngetik. Dan aku tak bisa jauh dengan ketikan yang ada di dalam pikiranku sekarang.  Apapun yang sedang aku lakukan, aku harus menulis dan wajib menulis. Minimal sehari menghasilkan satu ketikan, baik curhat, artikel, atau apapun. Yang penting menulis dan menulis. Tak ada hari tanpa menulis.

Yang ada di pikiranku sekarang yaitu tentang keberadaan diri. Di manakah jati diriku sebenarnya? Bagaimana aku menyikapi diriku seutuhnya? Aku memang terlalu.
Bagaimana dengan keadaanku ketika aku kuliah? Apalagi ketika kuliah sangat bebas. Harus benar-benar tau aturan yang di ajarkan orang tua.

Aku tau, Allah pasti berada di samping dan terus mengawasiku. Renungan tentang inilah yang aku bingungkan, tentang perasaan orang lain terhadapku. Ketika aku tak bisa berhenti menangis, aku merasakan sesuatu di dalam diriku. Inikah sifatku yang sebenarnya? Sehingga orang-orang memerhatikanku hingga ingin berbagi denganku. Apakah aku mengganggu hati mereka? Tetapi aku tak sengaja bahkan tak berniat  mengganggu ikhwan.

Belum pernah aku menemukan seseorang yang menyukaiku karena sifatku yang polos dan riweuh ini. Banyak sekali yang aku temukan yang karena parah wajahku. Aku tetap bersyukur, karena Allah sudah menciptakanku secara sempurna tanpa cacat. Alhamdulillah...
Tapi, jika parasku tidak seperti ini, apakah mereka akan menyukaiku? Yang aku butuhkan pengertian. Bukan dari paras, melainkan hati yang tulus.


Minggu, 03 Juni 2012

Cinta = Ujian

Bagaimana mengawalinya dengan cara yang berbeda. Dari sebuah pertemanan, lalu pertemuan dan apakah akhirnya menjadi pernikahan?
Belum tentu Allah memberikan sesuatu yang kita cintai, bahkan Allah sedang menunggu cinta kita kepada-Nya. Tak lain cinta kepada lawan jenis yang belum menjadi mahramnya. Salahkah kita untuk mencintai seseorang? Tidak. Karena kita mempunyai perasaan dan Allah memberikan kasih sayang kepada manusia. Dan cinta kepada lawan jenis memang fitrah manusia, Allah tidak melarang rasa cinta itu karena Allah meniupkan rasa cinta kepada hamba-Nya. Bila cinta itu di dasari oleh nafsu, maka cinta itu bukan cinta lagi. Nfsu yang membuat insan terjerumus.

Bukankah cinta itu suci? Ya. Cinta memang suci, tetapi tidak di dasari oleh nafsu. Melainkan cinta kepada Allah dibanding cinta kepada seseorang, bahkan dunia. Cinta karena Allah, cinta yang membuat manusia bertahan dari rasa sakitnya. Ketulusan pun ada. Namun, apakah cinta itu ujian bagi kita? Bagi orang yang merasakan gejolak rasa yang wah kepada lawan jenisnya? Hati yang selalu terjaga, kini di nodai oleh cinta yang terlalu? Di manakah perasaan kita, di manakah rasa cinta lebih itu hanya kepada Allah? Cinta adalah ujian kita untuk tetap menjaga kesucian kita. Dan belum tentu seseorang yang kita cintai itu akan menjadi pendamping hidup kita. Bagaimana jika mereka memang jodoh ketika mereka bertemu, sebelumnya mereka saling curhat tentang seseorang yang di cintainya. Tapi akhirnya? Allah menjadikan mereka bersatu dalam ikatan suci? Malu kah kita kepada dia jika sewaktu dulu kita mencintai orang lain?
Apakah harus di pendam cinta itu? Sehingga orang yang kita cinta sebisa mungkin kita mencintainya dengan cara diam?

Mencintainya dengan cara diam. Karena cinta itu ujian. Kita hanya bisa memohon kepada-Nya agar dikuatkan hati kita untuk seseorang yang menjadi pendamping yang sah bernilai ibadah.
Saya, bingung untuk menyikapi ini. Namun, yang saya pikirkan yaitu di mana cinta yang hakiki selalu terjaga, mencintai karena-Nya. Dan memang sangat susah untuk di jalankan, apalagi di jalani oleh saya yang masih labil dalam segi psikologis.

Cinta lebih indah jika kita bertemu dengan  seseorang yang ditakdirkan oleh-Nya menjadi bagian dalam hidupnya. Ketika pernikahan itu datang, cinta yang benar-benar cinta dalam ikatan suci. Mencintai si dia karena-Nya. Libatkan Allah, maka hati kita tidak akan jauh dari-Nya.


Billahi taufiq wal hidayah.