Selasa, 04 Oktober 2016

Semester Tujuh

Seharusnya aku sekarang mengerjakan tugas-tugas kuliah nih. Semester 7 sedang ditempuh, terakhir kuliah di kelas. Yaa hal itu akan segera berakhir dan tibalah persiapan skripsi. Ckckck.
Semakin menantang perkuliahan ini, semoga aku bisa bertahan sampai tuntas setuntas-tuntasnya. Waktu begitu cepat yah? Aku berkeluarga dari 26 September 2015, saat ini sudah memasuki Oktober 2016. Ya Rabb.. Berkahilah langkah hamba dan orang-orang di sekitar hamba..
Masa lalu jadikan pelajaran berharga bagi kita. Entah itu momen persahabatan, cinta, pembelajaran, dan lain-lain. Semoga lulus tepat waktu yah ^_^ Aamiin.


Ketika rindu itu datang, pada seorang lelaki yang sudah menikahiku. :’) 

Selasa, 17 Mei 2016

SUKSES, KARIR, KELUARGA

            Sukses berarti tercapainya sesuatu yang kita kerjakan. Dinamakan sukses bukan hanya diartikan sebagai kaya, cerdas, dan lainnya. Kesuksesan kita berawal dari tercapainya pekerjaan yang kita cintai. Sukses dalam karir pun bermacam-macam, ada yang menganggap sukses jika jabatannya meningkat, maupun hal yang terkecil sekalipun seperti seseorang telah mengerjakan tugas dengan baik mengenai mata pelajaran/mata kuliah yang dia senangi.  Mengenai karir, tentu kita sering membahas ini di perkuliahan, bahkan perbincangan  orang lain. Karir itu kehidupan yang pasti. Menurutku, ibu yang hanya mengurus rumah tangga sudah dikatakan karir, karena seorang ibu mengurus semuanya tentang rumah tangganya. Berawal dari membina anak, memasak, menaati suami (suami adalah bos bagi istri, hehe), mengurus rumah agar dapat terawat dengan baik. Dalam membina anak pun kita harus selalu update, karena zaman sekarang itu perkembangan teknologi atau ilmu semacamnya sangat cepat. Jadi, pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dirasakan sendiri oleh kita dan kita membantu anak untuk mencapai tugas perkembangannya. Jika kita diam atau terlalu sibuk, maka kita tertinggal. Ya, ini adalah pandanganku terhadap sukses dalam karir.
            dr. Lula Kamal, M. Sc. mengatakan “kejarlah apa yang membuat kamu bahagia” ketika kuliah umum Bimbingan dan Konseling di BPU kemarin (17/5). Membahas karir memang tak ada habisnya, Saya menuliskan ini diperuntukkan para istri atau perempuan yang sedang mengejar karir. Karir sangat boleh bagi perempuan, namun kembali lagi pada pandangan masing-masing. Yang terpenting, karir tidak membuat keluarga terbaring dalam kesunyian, maksudnya tidak peduli terhadap keluarga, yang diingat hanyalah kerjaan sampai lupa bahwa ada waktunya refreshing bersama keluarga. Jangan sampai keluarga menyesuaikan dengan pekerjaan, tetapi pekerjaan harus menyesuaikan dengan keluarga (Pribadi, 2016).
            Cintailah pekerjaanmu, maka kau akan bahagia. Biarpun penuh dengan tantangan dan air mata, maka kau akan merasakan hasilnya di kemudian hari, karena hasil takkan mengkhianati proses. Masa depan adalah hal yang akan kita hadapi. Jika kita mempunyai hobi, maka cintailah hobimu, secara kontinu, dan jangan berhenti. Jikalau hobimu menulis, maka cintailah tulisanmu, menulislah secara kontinu, tulislah hal-hal yang menyenangkan atau pun duka, yang mengandung hikmah di dalamnya. Kau cintai dengan hati.
            Keluarga adalah nomor satu (Kamal, 2016). Saya pun setuju dengan pendapat beliau. Karena keluarga adalah tempat kita berteduh. Jika kita lelah dengan pekerjaan, maka ingatlah ada keluarga yang menanti untuk menghiburmu. Walaupun ketika sukses dalam karir pun kita akan bahagia dan mengabari kepada keluarga dengan bangga, kepada keluargalah kita mengekspresikan apa yang kita rasakan. Semua ini, atas izin Allah. Allah yang telah melahirkan rasa sedih, rasa senang, rasa bangga, rasa syukur, dan sebagainya. Atas izin Allah pula kita masih berdiri diri bumi ini, dapat melihat postingan ini, dan dapat menghirup udara segar setiap hari. Sadarkah dirimu?

            Ketika kumenuliskan kata demi kata di sini, saya menjadi sadar bahwa kita jangan terlalu mencintai dunia ini, karena dunia ini fana. Akhiratlah yang akan kekal abadi di dalamnya dan “Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam urusan akhiratnya” (Hadits Riwayat Al-Hakim). Kita boleh mencintai apa yang ada di dunia ini, tapi tak lupa dengan akhirat. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya dan menjadikan kita orang yang selalu bersyukur atas apa yang Allah beri. Aamiin.. 

Jumat, 04 Maret 2016

Menilai Diri

Aku mendapatkan percakapan santai namun sangat berarti. Percakapan ini aku dapatkan dari sebuah grup di WA:
Seorang guru yang alim ditanya tentang dua keadaan manusia, yaitu (1) manusia rajin sekali ibadahnya, namun sombong, angkuh, dan selalu merasa suci. (2) manusia yang sangat jarang ibadah, namun akhlaknya begitu mulia, rendah hati, santun, lembut, dan cinta dengan sesama. Lalu sang guru menjawab: “Keduanya baik”, (meneruskan) boleh jadi suatu saat si ahli ibadah yang sombong menemukan kesadaran tentang akhlaknya yang buruk dan dia bertaubat lalu ia akan menjadi pribadi yang baik lahir dan bathinnya. Yang kedua bisa jadi sebab kebaikan hatinya, Allah akan menurunkan petunjuk lalu ia menjadi ahli ibadah yang juga memiliki kebaikan lahir dan bathin. Kemudian orang tersebut bertanya lagi, “Lalu siapa yang tidak baik kalau begitu?”. Sang Guru Sufi menjawab: “Yang tidak baik adalah KITA, orang ketiga yang selalu mampu menilai orang lain, namun lalai dari menilai diri sendiri.

Dari percakapan tersebut, aku merasakan bahwa betapa tidak tahu diri ini, sangat bisa untuk mengomentari keadaan orang lain (tidak apa-apa jika mengkritik yang membangun), namun kita lalai dari menilai diri kita sendiri. Semoga kita selalu memahami diri sendiri, berintropeksi diri akan-sedang-sudah melaksanakan sesuatu, dan terus berdoa semoga Allah selalu mengiringi langkah kita di manapun dan kapanpun. Aamiin.  
(Sumber: Kawan Imut)

Kamis, 03 Maret 2016

Kau itu UNIQ :)

Assalamualaikum, Hallo pembaca setia :’)


Maafkan sudah lama aku tak bercakap di sini. Namun, ada satu hal yang menggugahku untuk terus memperjuangkan tingkat kemampuanku dalam menulis. Ya, ingin berbagi cerita saja ketika aku melakukan ‘teaching point’ pada mata kuliah Bimbingan Kelompok. Di sana aku tak tahu mengapa aku tiba-tiba menangis ketika melihat video yang aku tayangkan sendiri. Terbayang olehku pada muhasabah diriku. Entah mengapa aku menjadi berpikir bahwa (mohon maaf) penyandang disabillitas yang notabene mempunyai kekurangan fisik atau mental, namun mereka mempunyai daya juang yang tinggi, bahkan melebihi kita orang normal. Maha Benarnya Allah, Allah memang tidak membeda-bedakan manusia, yang Allah perhatikan adalah hati manusia. Seharusnya kita merasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Melihat diriku yang sering mengeluh, namun pasti Allah sedang menguji diriku sesuai dengan kemampuanku. Begitu juga dirimu.. J Yuk, kita saling mengintropeksi diri. Sama-sama berjuang, tentunya dengan segala kemampuan yang ada dan realistis. Semangat kawan, kau itu uniq! J