Selasa, 17 Mei 2016

SUKSES, KARIR, KELUARGA

            Sukses berarti tercapainya sesuatu yang kita kerjakan. Dinamakan sukses bukan hanya diartikan sebagai kaya, cerdas, dan lainnya. Kesuksesan kita berawal dari tercapainya pekerjaan yang kita cintai. Sukses dalam karir pun bermacam-macam, ada yang menganggap sukses jika jabatannya meningkat, maupun hal yang terkecil sekalipun seperti seseorang telah mengerjakan tugas dengan baik mengenai mata pelajaran/mata kuliah yang dia senangi.  Mengenai karir, tentu kita sering membahas ini di perkuliahan, bahkan perbincangan  orang lain. Karir itu kehidupan yang pasti. Menurutku, ibu yang hanya mengurus rumah tangga sudah dikatakan karir, karena seorang ibu mengurus semuanya tentang rumah tangganya. Berawal dari membina anak, memasak, menaati suami (suami adalah bos bagi istri, hehe), mengurus rumah agar dapat terawat dengan baik. Dalam membina anak pun kita harus selalu update, karena zaman sekarang itu perkembangan teknologi atau ilmu semacamnya sangat cepat. Jadi, pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dirasakan sendiri oleh kita dan kita membantu anak untuk mencapai tugas perkembangannya. Jika kita diam atau terlalu sibuk, maka kita tertinggal. Ya, ini adalah pandanganku terhadap sukses dalam karir.
            dr. Lula Kamal, M. Sc. mengatakan “kejarlah apa yang membuat kamu bahagia” ketika kuliah umum Bimbingan dan Konseling di BPU kemarin (17/5). Membahas karir memang tak ada habisnya, Saya menuliskan ini diperuntukkan para istri atau perempuan yang sedang mengejar karir. Karir sangat boleh bagi perempuan, namun kembali lagi pada pandangan masing-masing. Yang terpenting, karir tidak membuat keluarga terbaring dalam kesunyian, maksudnya tidak peduli terhadap keluarga, yang diingat hanyalah kerjaan sampai lupa bahwa ada waktunya refreshing bersama keluarga. Jangan sampai keluarga menyesuaikan dengan pekerjaan, tetapi pekerjaan harus menyesuaikan dengan keluarga (Pribadi, 2016).
            Cintailah pekerjaanmu, maka kau akan bahagia. Biarpun penuh dengan tantangan dan air mata, maka kau akan merasakan hasilnya di kemudian hari, karena hasil takkan mengkhianati proses. Masa depan adalah hal yang akan kita hadapi. Jika kita mempunyai hobi, maka cintailah hobimu, secara kontinu, dan jangan berhenti. Jikalau hobimu menulis, maka cintailah tulisanmu, menulislah secara kontinu, tulislah hal-hal yang menyenangkan atau pun duka, yang mengandung hikmah di dalamnya. Kau cintai dengan hati.
            Keluarga adalah nomor satu (Kamal, 2016). Saya pun setuju dengan pendapat beliau. Karena keluarga adalah tempat kita berteduh. Jika kita lelah dengan pekerjaan, maka ingatlah ada keluarga yang menanti untuk menghiburmu. Walaupun ketika sukses dalam karir pun kita akan bahagia dan mengabari kepada keluarga dengan bangga, kepada keluargalah kita mengekspresikan apa yang kita rasakan. Semua ini, atas izin Allah. Allah yang telah melahirkan rasa sedih, rasa senang, rasa bangga, rasa syukur, dan sebagainya. Atas izin Allah pula kita masih berdiri diri bumi ini, dapat melihat postingan ini, dan dapat menghirup udara segar setiap hari. Sadarkah dirimu?

            Ketika kumenuliskan kata demi kata di sini, saya menjadi sadar bahwa kita jangan terlalu mencintai dunia ini, karena dunia ini fana. Akhiratlah yang akan kekal abadi di dalamnya dan “Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam urusan akhiratnya” (Hadits Riwayat Al-Hakim). Kita boleh mencintai apa yang ada di dunia ini, tapi tak lupa dengan akhirat. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya dan menjadikan kita orang yang selalu bersyukur atas apa yang Allah beri. Aamiin..