Selasa, 07 November 2017

Penguatan Pendidikan Karakter


Dalam rangka Dies Natalis UPI yang ke-63 di Bandung (20/10) sangat ramai. Kehadiran peserta mencapai 2000 orang karena pendaftaran yang gratis, mendapatkan sertifikat, dan snack. Tetapi, bukan hanya itu yang kami inginkan. Niat kami ingin mencari ilmu dari adanya seminar tersebut. Untuk sertifikat dan snack gratis mah bonus lah yaaa. Hehe. Dihadiri oleh Dr. (HC) Popong Otje D. yang sering disapa Ceu Popong, Prof. Uman Suherman, M.Pd. selaku guru besar Bimbingan dan Konseling UPI, dan Dr. Bambang W. selaku wakil ketua KPK.
Menurut T. Ramli (2003) dalam Fathurrohman, dkk. (2013, hlm. 15), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum ialah nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yaitu pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari karakter Bangsa Indonesia sendiri., dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Jadi dapat dipahami bahwa pendidikan karakter itu bermakna sama dengan pendidikan moral atau nilai (bukan dalam arti nilai=angka).
Nilai yang berada pada pendidikan karakter dapat diuraikan yaitu menurut Fathurrohman, dkk. (2013, hlm. 19) sebagai berikut: (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras); (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; dan (18) tanggung jawab. Nilai-nilai inilah yang akan mencirikan bahwa kita adalah manusia yang berkarakter dan tentu pada saat lahir, manusia masih dalam kondisi suci, kemudian pendidikan karakter dimulai dari keluarga. Ya keluarga. Keluarga akan membawa anak itu menjadi manusia seperti apa (maksudnya bukan berubah jadi power ranger ya, hehe). Ceu Popong menjelaskan bahwa “karakter dibangun dari mulai keluarga. Masa golden age akan menentukan dia akan menjadi sarjana atau tidak, paling penting adalah indung!” (semangatnya Ceu Popong). Ibu- ibu harus tahu mengenai masa golden age anak, yaitu dimulai sejak 0 – 5 tahun dalam menerapkan nilai-nilai karakter anak yang sudah dijelaskan. Sebelum mengajarkan kepada anak, orang tua dahulu yang menerapkan nilai karakter pada diri sendiri dan pada akhirnya diterapkan kepada anak-anaknya.
Jika berbicara tentang pendidikan, seseorang belajar tidak bisa dengan instant, teu bisa ujug-ujug kata bahasa Sunda mah, dan pasti ada proses yang sambung menyambung, yaitu dari perolehan ilmu pendidikan, pengalaman, dan reaksi orang tersebut. Di sekolah, yang memulai menerapkan pendidikan karakter adalah guru. “Sok atuh dari mulai diri sendiri, jadi guru yang baik. Guru nomor hiji (satu), khususnya dalam pendidikan formal” ujar Ceu Popong. Penguatan dan pengembangan karakter memerlukan pengajar/pelatih, dan pembimbing harus melebihi kemampuan siswa. Prof Uman menjelaskan tidak ada Presiden tanpa guru, tidak ada siapapun yang sukses itu tanpa guru. Ya, selain di lingkungan keluarga, sekolah merupakan hal yang sangat penting juga untuk mengembangkan karakter siswa, yaitu guru. Tanpa guru, kita tidak bisa apa-apa, dan dimaksudkan belum memiliki arah tujuan yang jelas.
“Makna pendidikan adalah memanusiakan manusia dengan cara-cara manusiawi dan normatif” Ujar Prof. Uman. Yang perlu diketahui, mendidik manusia kudu cageur, bageur, pinter, jeung singer. Pesan dari Prof. Uman adalah jangan menjadi guru yang ditakuti oleh siswa, tetapi dihormati oleh siswa. Jangan merasa lelah dan jadilah guru yang dikenang oleh siswanya (kata-kata tersebut sangat menyentuh bagiku). Mendisiplinkan siswa bukan dengan cara menakut-nakuti siswa, namun beri pengajaran yang baik dan keteladan dari gurunya. 
Agar bangsa ini maju, harus berdisiplin dalam segala hal, mulai dari diri sendiri, detik ini, hari ini, dan masa yang akan datang.  Ceu Popong menyebutkan ada resep membentuk karakter bangsa: (1) kerja keras; (2) membaca; (3) kerja ikhlas; dan (4) kerja tuntas. In shaa Allah bangsa ini menjadi bangsa memiliki karakter baik sebagai warga negara yang baik.

Sumber:

Fathurrohman, Pupuh, dkk. (2013). Pengembangan pendidikan karakter. Bandung: PT Refika Aditama.