Pagi
hari yang begitu cerah, suara hati meniatkan untuk berkompromi antara pikiran
dan hati. Walaupun harapan tak sebanding dengan usaha, mungkin ini kelemahan
diriku yang harus didobrak sedikit demi sedikit. Entah mengapa, pikiranku
semakin mendalam dan di kala aku migrain,
sakitnya luar biasa. Inginku tak seperti itu, aku ingin seperti yang lain,
layaknya dapat berperilaku pada umumnya. Aku belum mengetahui, apa yang
sebenarnya ini terjadi? Ya, aku harus berpikiran positif. Rasa
ketakutan-ketakutanku kian menantang, bagaimana penilaian orang lain
terhadapku.Tapi, inilah aku…
Apakah
aku berperilaku terlalu lembut? Berdiam diri? Sering merenung? Apakah hanya itu
yang dapat aku lakukan? Aku juga ingin seperti mereka yang dapat berbicara,
cepat menanggapi dan tepat, sedangkan aku hanya bisa melalui tulisan dan
tulisan. Hanya itu. Dalam benakku, memang aku seperti ini haruslah kita
bersyukur pada hidup yang kita jalani. Ya, kata orang sih selow saja, namun aku, aku yang tidak dapat berpikiran selow saja atau hanya menjalani
kehidupan saja. Berusaha untuk bersyukur pada kenyataan ini.
Makna,
ya.. aku mungkin hanya menerima.. mencoba untuk menerima diriku seutuhnya.
Walau aku tak bisa aktif dalam vocal atau berbicara, maka aku harus
mengoptimalkan kemampuanku. Yaitu menulis dan menulis. Apalah diriku, dengan
keunikanku.. :’) belajar dan belajar di bumi ini. Bumi Allah.. Yap, aku
sekarang mulai konsentrasi pada kemampuanku seutuhnya. Manusia memang tidak ada
yang sempurna, pasti ada kekurangannya :’) #jadi, jangan bersedih hati