Sukses berarti tercapainya sesuatu
yang kita kerjakan. Dinamakan sukses bukan hanya diartikan sebagai kaya,
cerdas, dan lainnya. Kesuksesan kita berawal dari tercapainya pekerjaan yang
kita cintai. Sukses dalam karir pun bermacam-macam, ada yang menganggap sukses
jika jabatannya meningkat, maupun hal yang terkecil sekalipun seperti seseorang
telah mengerjakan tugas dengan baik mengenai mata pelajaran/mata kuliah yang
dia senangi. Mengenai karir, tentu kita
sering membahas ini di perkuliahan, bahkan perbincangan orang lain. Karir itu kehidupan yang pasti.
Menurutku, ibu yang hanya mengurus rumah tangga sudah dikatakan karir, karena
seorang ibu mengurus semuanya tentang rumah tangganya. Berawal dari membina
anak, memasak, menaati suami (suami adalah bos
bagi istri, hehe), mengurus rumah agar dapat terawat dengan baik. Dalam membina
anak pun kita harus selalu update,
karena zaman sekarang itu perkembangan teknologi atau ilmu semacamnya sangat
cepat. Jadi, pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dirasakan sendiri oleh
kita dan kita membantu anak untuk mencapai tugas perkembangannya. Jika kita
diam atau terlalu sibuk, maka kita tertinggal. Ya, ini adalah pandanganku terhadap
sukses dalam karir.
dr. Lula Kamal, M. Sc. mengatakan “kejarlah
apa yang membuat kamu bahagia” ketika kuliah umum Bimbingan dan Konseling di
BPU kemarin (17/5). Membahas karir memang tak ada habisnya, Saya menuliskan ini
diperuntukkan para istri atau perempuan yang sedang mengejar karir. Karir sangat
boleh bagi perempuan, namun kembali lagi pada pandangan masing-masing. Yang
terpenting, karir tidak membuat keluarga terbaring dalam kesunyian, maksudnya
tidak peduli terhadap keluarga, yang diingat hanyalah kerjaan sampai lupa bahwa
ada waktunya refreshing bersama
keluarga. Jangan sampai keluarga menyesuaikan dengan pekerjaan, tetapi
pekerjaan harus menyesuaikan dengan keluarga (Pribadi, 2016).
Cintailah pekerjaanmu, maka kau akan
bahagia. Biarpun penuh dengan tantangan dan air mata, maka kau akan merasakan
hasilnya di kemudian hari, karena hasil takkan mengkhianati proses. Masa depan
adalah hal yang akan kita hadapi. Jika kita mempunyai hobi, maka cintailah
hobimu, secara kontinu, dan jangan berhenti. Jikalau hobimu menulis, maka
cintailah tulisanmu, menulislah secara kontinu, tulislah hal-hal yang menyenangkan
atau pun duka, yang mengandung hikmah di dalamnya. Kau cintai dengan hati.
Keluarga adalah nomor satu (Kamal,
2016). Saya pun setuju dengan pendapat beliau. Karena keluarga adalah tempat
kita berteduh. Jika kita lelah dengan pekerjaan, maka ingatlah ada keluarga
yang menanti untuk menghiburmu. Walaupun ketika sukses dalam karir pun kita
akan bahagia dan mengabari kepada keluarga dengan bangga, kepada keluargalah
kita mengekspresikan apa yang kita rasakan. Semua ini, atas izin Allah. Allah
yang telah melahirkan rasa sedih, rasa senang, rasa bangga, rasa syukur, dan
sebagainya. Atas izin Allah pula kita masih berdiri diri bumi ini, dapat
melihat postingan ini, dan dapat menghirup udara segar setiap hari. Sadarkah
dirimu?
Ketika kumenuliskan kata demi kata
di sini, saya menjadi sadar bahwa kita jangan terlalu mencintai dunia ini,
karena dunia ini fana. Akhiratlah yang akan kekal abadi di dalamnya dan “Sesungguhnya
Allah membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam
urusan akhiratnya” (Hadits Riwayat Al-Hakim). Kita boleh mencintai apa yang ada
di dunia ini, tapi tak lupa dengan akhirat. Semoga kita selalu dalam
lindungan-Nya dan menjadikan kita orang yang selalu bersyukur atas apa yang
Allah beri. Aamiin..