Aku mendapatkan percakapan santai namun sangat
berarti. Percakapan ini aku dapatkan dari sebuah grup di WA:
Seorang guru yang alim ditanya tentang dua keadaan
manusia, yaitu (1) manusia rajin sekali ibadahnya, namun sombong, angkuh, dan
selalu merasa suci. (2) manusia yang sangat jarang ibadah, namun akhlaknya
begitu mulia, rendah hati, santun, lembut, dan cinta dengan sesama. Lalu sang
guru menjawab: “Keduanya baik”, (meneruskan) boleh jadi suatu saat si ahli
ibadah yang sombong menemukan kesadaran tentang akhlaknya yang buruk dan dia
bertaubat lalu ia akan menjadi pribadi yang baik lahir dan bathinnya. Yang
kedua bisa jadi sebab kebaikan hatinya, Allah akan menurunkan petunjuk lalu ia
menjadi ahli ibadah yang juga memiliki kebaikan lahir dan bathin. Kemudian
orang tersebut bertanya lagi, “Lalu siapa yang tidak baik kalau begitu?”. Sang
Guru Sufi menjawab: “Yang tidak baik adalah KITA, orang ketiga yang selalu
mampu menilai orang lain, namun lalai dari menilai diri sendiri.
Dari percakapan tersebut, aku merasakan bahwa betapa
tidak tahu diri ini, sangat bisa untuk mengomentari keadaan orang lain (tidak
apa-apa jika mengkritik yang membangun), namun kita lalai dari menilai diri
kita sendiri. Semoga kita selalu memahami diri sendiri, berintropeksi diri
akan-sedang-sudah melaksanakan sesuatu, dan terus berdoa semoga Allah selalu
mengiringi langkah kita di manapun dan kapanpun. Aamiin.
(Sumber: Kawan Imut)