Jumat, 05 Desember 2025

Bertumbuh dalam Harmoni Kepercayaan

 


            Bertumbuh di sini dimaknai bertambahnya pendewasaan diri. Melihat diri ini masih berproses dan perjalanan masih panjang. Kata dewasa itu dapat dilihat melalui bagaimana kita bersikap dan berbuat tentang hidup ini, bagaimana kita menerima dan seperti apa respon kita apapun yang terjadi.

            Seperti halnya saat awal pindah dari Tasikmalaya ke tanah Papua pada tahun 2021 sampai saat ini karena ikut suami kerja. Terkadang saya mengalami culture shock, karena di sini terdapat beragam suku dan budaya, bahkan agama. Namun, lambat laun saya mulai mengenal karakter dan menghormati keberagaman itu. Jika membicarakan keberagaman, kita menjadi tahu dan menjadi open minded, bahkan membuka wawasan bahwa ternyata keberagaman itu indah. Di situlah mulai bertumbuh.

   Awal kisah memang perjuangan sekali merantau ke Papua. Mengandalkan Bismillaahirrahmaanirrahiim dan Laahaula walaa quwwata illa Billah, saya dan suami sepakat untuk hidup bersama di sini. Memang tak mudah, tapi saya yakin InsyaaAllah ada jalan dan semoga dipermudah bahkan dikuatkan oleh Allah. Memahami rasa Syukur yang mendalam itu berproses di sini. Allah memberikan ujian agar kita bisa bertumbuh. Entah itu melalui suka, duka, tantangan, dan airmata. Namun, yang harus diyakini adalah Allah tidak pernah meninggalkan kita. Ada saja pertolongan Allah yang tanpa kita sadari dan akhirnya kita memikirkan “oh.. maksud Allah itu seperti ini, sebagai bentuk kasih sayang-Nya. Yang tadinya merasa selalu cemas, Alhamdulillah perlahan bisa tenang menghadapi apapun. Yang penting bersama pasangan (hehe). Bersama merasakan pengalaman pahit manisnya hidup berkeluarga di perantauan tanpa adanya orang tua dan keluarga besar.

            Barulah kami merasakan apa itu harmoni “kepercayaan”. Akan ada esok hari tantangan demi tantangan yang dihadapi dan bergantung pada-Nya, percaya pada-Nya.

1.      * Kepercayaan bahwa ada Allah Swt. yang sudah mengatur semuanya.

Tinggal kita berikhtiar dan berdoa. Tentu Allah hadirkan orang-orang yang membersamai kita, dengan beragam karakter di dalamnya untuk kita percayai bahwa kita adalah manusia biasa. Yang ingin hidup tenang dan menikmati proses yang ada. Yang tadinya memikirkan penyesalan, sekarang mengubah mindset “oh, ini terjadi atas izin-Nya”. Berdoa adalah senjata paling ampuh. Doa jalur langit, dan yakin bahwa di mana ada kesulitan, pasti ada kemudahan. Saya banyak mengalami miracle di perantauan ini. Bahwa saya adalah manusia biasa yang banyak dosa dan banyak mengeluh, tapi Allah selalu tolong dalam bentuk apapun. Kasih sayang-Nya tak pernah putus. Semakin yakin harus melibatkan Allah dalam segala urusan. Tuntun dan bimbing kami Ya Allah..

Hayati, nikmati, syukuri semua prosesnya, karena Allah hadirkan kisah untuk menumbuhkan kualitas diri. Allah hadirkan tantangan agar naik level dan menguji kita apakah kita akan bersabar atau tidak. Semakin dekat atau semakin menjauh dengan Allah. Itu semua pilihan. Dan Allah Maha Tahu segala isi hati.

2.      * Kepercayaan pada diri sendiri

Yakin terhadap diri sendiri bahwa kita mampu untuk menjalaninya, tanpa perlu pembuktian. Akan ada suatu keajaiban jika kita berusaha dan berserah pada-Nya. Hanya bisa memohon untuk “mampukan diri ini Yaa Allah” untuk menikmati proses, menghadapi kehidupan, dan takdir. Berusaha memaafkan luka masa lalu tanpa menyalahkan keadaan dan buka lembaran baru, serta keyakinan baru. Menyibukkan diri untuk terus menjadi lebih baik setiap harinya. Pasti Allah memberikan ujian agar kita memetik hikmahnya.

Firman Allah pun berkata dalam Surat Al-Baqarah ayat 286 yaitu “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Ayat tersebut menegaskan bahwa Allah tidak akan memberikan beban atau ujian kepada hamba-Nya melebihi batas kemampuan kita. Bukti bahwa Allah menyayangi kita, maka kita pun harus percaya pada diri sendiri bahwa kita bisa melalui itu semua. Allah bersama kita.

Untuk tahun ini 2025, banyak momen yang di luar rencana, khususnya berdamai dengan diri sendiri. Atur saja semuanya Ya Allah. Alhamdulillah Allah siapkan rencana lainnya yang lebih indah ternyata :’) Wahai diri, terima kasih sudah survive di setiap episodenya. Sangat terharu dengan diri ini yang masih tak menyangka. Benarkah saya sudah melewati 4 tahun di perantauan?

Kita harus yakin, dibalik kesukaran ada kemudahan, dan harus yakin Allah ada bersama kita. Di saat saya harus bisa menyetir mobil dalam keadaan mendesak untuk antar-jemput anak-anak, karena di Papua ini tidak mengenal waktu hujan. Tiba-tiba saja. Itu semua saya harus kuat dan tahan banting di sini. Mengingat suami makin sibuk bekerja dan tempatnya semakin jauh. Di sisi lain, Alhamdulillah ternyata keyakinan untuk percaya diri ini dikuatkan dan digerakkan Allah. Tak lupa ada ridho suami juga di dalamnya, maka Allah juga permudah jalannya. Banyak saudara rantau yang membantu untuk melancarkan belajar mobil ini. Sungguh haru. Berkali-kali diri ini ditolong oleh-Nya. Nikmat apa lagi yang telah kudustakan? Tak menyangka ternyata Alhamdulillah saya bisa dan banyak keajaiban lainnya.

Jika saya berada di Tasik yang penuh dengan kenikmatan, keperluan apapun bisa cepat dan dekat, bisa meminta tolong kepada orang tua, makan gofood, dan lainnya. Itu semua dilakukan bukan karena manja, tapi karena kurang percaya diri bahwa setiap manusia bisa melakukan segala hal, meskipun ada kekurangannya. Di Papua sini harus segala diurus sendiri. Masak harus sendiri, kangen cemilan Sunda ya masak sendiri, namun di situlah Allah tumbuhkan kepercayaan diri ini.

Saya berusaha memiliki kendali dan batas agar tidak mudah stress. Salah satunya dengan mengurangi ekspektasi dan berharap kepada manusia. Alhamdulillahnya, di Papua adalah warga pendatang yang baik-baik, solidaritasnya tinggi dalam menolong hal apapun. Lagi-lagi Allah tolong dan hadirkan mereka untuk merajut kisah suka dukanya di perantauan. Setiap momennya akan selalu dikenang dan ambil hikmahnya, tapi kembali lagi Allah-lah sebaik-baik Penolong.

 

3.      * Percaya bahwa doa orang tua menembus langit.

The power of doa orang tua. Setiap hari tak lupa video call. Obrolannya macam-macam dan pasti terselip doa, apapun itu. Dalam tahajudnya, dalah dhuhanya, dalam puasanya, pasti meminta kebaikan-kebaikan anaknya dalam menjalani hidup. Dan itu semua saya rasakan di rantau ini. Meski ada tawa, tapi ada juga rasa kerinduan di dada yang tertumpah dalam sajadah mereka. Alhamdulillah sampai detik ini saya berusaha menikmati prosesnya hidup di perantauan. Salah satunya karena doa orang tua yang menembus langit menginginkan anaknya dalam keadaan sehat wal-afiat, meminta perlindungan-Nya, dan meminta kebaikan-kebaikan menghampiri kami.