Manusia
mempunyai refleksi dalam diri. Ketika sadar dan tidak sadar. Sekiranya Allah
tidak menganugerahkan adanya refleksi pada manusia, maka tak ada kehidupan bagi
atau semua manusia akan jatuh pada kesakitan jika dibiarkan. Tergantung situasi
dan kondisi. Kita mempelajari Psikologi karena ingin memahami orang lain atau
siswa dan bisa memahami diri sendiri. Karena ia tak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia. Calon konselor harus bisa memahami klien dengan cara
pendekatan psikologi. Tingkah laku seseorang yang dapat dipelajari, namun jiwa
tak bisa dipelajari. Mengapa? Karena jiwa hanya bisa dirasakan, tidak bisa
diukur, dan tidak mempunyai bentuk. Masalah jiwa adalah masalah pribadi manusia
yang hanya diketahui oleh Pemilik jiwa, yaitu Allah swt. Dia merancang segala
bentuk manusia. Dan Dia hadirkan hati yang suci, yaitu ketika manusia memulai
adanya nafas kehidupan, dari alam rahim seorang ibu.
Dalam
teori-teori tertentu, kita harus terpesona akan teori itu. Dan psikologi
mempunyai teori dan pandangan tersendiri yang bersifat ilmu pasti atau ilmu
nyata. Karena psikologi ada di sekitar kehidupan kita. Aristoteles bertanya
kepada Plato, “Apakah saya ada?”, maka Plato menjawab bahwa Aristoteles ketika
sedang berpikir dan mempunyai refleks, itu artinya ada. Dapat disimpulkan, “saya”
pasti ada ketika dia mampu berpikir dan mempunyai rangsangan yang cepat
terhadap sesuatu.