Menjadi seorang istri itu ternyata tidaklah mudah. Bukan hanya
dengan adanya pernikahan, kita menjadi lega, melainkan waspada terhadap
tantangan yang akan datang di kemudian hari bersama pasangan kita. Kisahku
menikah ketika berkuliah di semester 5 merupakan patut direnungkan. Pasti
adanya godaan yang datang apalagi saat masih aktif berorganisasi. Syukurku
setelah menikah, suami mengizinkan aku untuk melanjutkan organisasi di kampus. Aku
dan suami ditakdirkan untuk LDM (long distance married), pada saat itu aku
berkuliah di Bandung dan suami kerja di Kuala Kencana – Papua. Usiaku dan suami
berbeda tiga tahun. Selama aku menikah diusia tergolong muda, yaitu 20 tahun,
tapi tidak ada salahnya untuk terus belajar menjadi pribadi yang dewasa. Perjuangan
menjadi pasangan LDM itu membuatku mengerti bahwa kebersamaan suami istri
haruslah berkualitas. Bagaimana cara kita untuk menjalankan quality time bersama suami pada saat
masa cuti, apalagi cuti yang diberikan yaitu tiga minggu, namun disyukuri sajalah.
Tinggal kita mengatur strategi bahwa pertemuan yang singkat itu dijadikan bermakna
bagiku dan suamiku.
Suamiku adalah seorang pria yang memiliki cara tersendiri untuk
mengatur hidupnya dan terorganisir, serta aku harus taat mengikuti sistem yang
dibuat suami untuk mengatur hidupnya, contohnya aku diajarkan oleh suamiku
membuat: (1) proposal kebutuhan harian-bulanan (dikarenakan kami berhubungan
jarak jauh, suami memintaku untuk membuat proposal agar kebutuhan terpantau dan
terpenuhi). Isi dari proposal tersebut yaitu berupa kebutuhan harian seperti
belanja bahan makanan untuk sehari-hari sampai alat mandipun dicatat, barulah
ditotalkan estimasi harga dan pengeluaran yang ditulis olehku pada akhir bulan,
lalu kami evaluasi. Awalnya berat untuk melakukan semua itu, namun ya inilah
yang harus kulalui dan belajar untuk mengatur kebutuhan rumah tangga, dan
Alhamdulillah terbiasa; (2) aku diajarkan untuk membuat schedule time selama suami cuti, dari kurang lebih tiga minggu
cuti, aku dan suami berdiskusi dan menulis catatan untuk merencanakan kegiatan
apa saja yang akan dilakukan pada masa cuti tersebut, sehingga tidak ada waktu
yang terbuang sia-sia. Untuk urusan kegiatan dadakan, kami menyesuaikan, karena
kami hanya bisa merencanakan, namun Allah Swt. yang menentukan; (3) aku
diajarkan membuat pos-posan, seperti pos emergency,
pos bulanan suami-istri, pos investasi, pos infaq, dan lain-lain; (4) . ; dan 5)
aku disarankan untuk menjadi full time
mommy oleh suamiku.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar