Senin, 27 Desember 2010

Sayang karena Allah


Aku bertanya kepada umi ketika kumasih memikirkan sesuatu yang ada dibenakku, “mana yang menjadi pilihan hati, orang yang menyayangi kita atau yang kita sayangi?”
Umi jawab, “dua-duanya bukan..”
Aku tercengang.. Umi mengukir senyuman, “Pilihan hati umi adalah yang menyayangi kita karena Allah..” Aku pun menarik nafas dalam-dalam.
“Bagaimana tahu orang itu sayang kita karena apa?” Umi diam sekejap berfikir dan kemudian tersenyum. Rasanya umi dapat menebak apa yang sedang bermain dalam hati anak perempuannya. Mana mungkin aku mampu menyembunyikan rahasia hati dari umi sedangkan sekilas aku pun umi mampu membacanya.
“Yang paling tahu hanya Allah..” umi merenung dalam-dalam wajah anaknya. “Karena hanya Allah mampu membaca hati hamba-Nya..” umi menyusun ayat-ayatnya. “Dan keikhlasan karena Allah itu akan tampak keberkataannya tanpa perlu sengaja ditonjolkan oleh seseorang itu..”
Aku memintas, “Ana la fahim umi..”
Umi menyambung “Cinta dijalan Allah.. Bertemu karena sama-sama mencari ridha Allah..” Umi menyambung lagi, “begini, setiap insan yang bergelar manusia telah Allah ciptakan berpasang-pasangan. Rasa ingin dikasihi antara seorang suami dan istri suatu fitrah. Otomatis bisa ada daya tarikan magnet itu..” 
Wajahku merah, sedikit cemas jika umi dapat mengesan gelora jiwa muda ini. Umi menyambung, “Setiap manusia telah Allah tetapkan rezeki, jodoh, dan maut sejak azali.. Persoalannya, siapakah jodoh itu?” Umi berhenti seketika. Aku tunduk malu, coba menyembunyikan rasa panah dipipi. Umi pura-pura tidak melihat.
“Anakku, umi dulu masa remaja ada pangeran pribadi.. Rajin betul dia kirim surat.. Masa itu umi sudah tahu bahwa yang bercinta sebelum kawin ini tak halal, dan umi pada waktu itu tak mau.. Akhirnya umi beri keputusan, umi hanya akan membalas cinta dia jika dia sah menjadi suami umi. Dan jika dia memang bukan jodoh umi, maka tak pernah dia menerima balasan cinta itu.” Umi merenung jauh. Aku merapatkan badan kepada umi, semakin berminat dengan kisah lama umi..
“Memangnya umi ga ada perasaan pada dia?” aku menyoal sambil memandang tajam wajah umi.
Umi ketawa kecil, “walaupun mungkin ada, umi ga pernah beri peluang pada diri umi untuk menyatakan perasaan itu.. Umi takut pada Allah. Umi bukan seperti rekan sebaya umi yang lain.. Umi, sepertimu..” umi memandangku sambil memegang pipi dan daguku.
Aku menjawabnya perlahan-lahan, “Tapi umi, aku sedang merasakan rasa yang berbeda. Sungguh berbeda, pertama yang kurasakan kepada ikhwan yang benar-benar tak dapat dimengerti. Anaknya shaleh, mengajak aku dalam kebaikan. Apakah boleh aku dekat dengannya?” terus terang aku bertanya.
“Tidak ada salahnya kalian dekat, tetapi kalian harus jaga jarak kalian. Tidak boleh saling memandang, apalagi hati itu jatuh kepadanya. Umi takut kalau kamu jatuh pada kesesatan cinta. Seperti yang umi rasakan dulu, belum tentu menjadi jodoh. Tenang anakku, jodoh pasti datang tak sengaja. Kita juga harus berhijjab untuk berhati-hati.” Saat mendengarkan cerita umi, aku langsung terdiam sambil memikirkan apa yang sudah kualami selama ini.
Aku hanya kagum kepada salah satu ikhwan itu. Memang sih, kalau bertemu perasaanku biasa saja. Tapi aku takut jatuh hati padanya. “Kalau sayang, bagaimana?” akupun bertanya lagi.
“Kalau sayang sih boleh. Tapi kita harus lihat dulu apakah kita sayang karena dia cakep atau sayang karena Allah? Umi tahu perasaan kamu. Zaman sekarang memang sudah berubah. Banyak yang menyimpang pada ajaran agama. Semoga kamu tidak seperti itu ya, semoga kamu menjadi anak shalehah ya nak, harus bisa menjadi wanita yang tangguh dan jaga diri, apalagi kamu jauh dengan abhi dan umi. Jangan mau diajak pada kejelekan, selalu ingat Allah dalam keadaan apapun..” Umi menasihatiku.
“Insya Allah umi, aku sayang karena Allah.. Tenang saja umi, Allah selalu bersama kita..” akupun tersenyum dengan bangganya aku memiliki ibu yang selalu memberikan nasihat setiap waktu.
“Nah.. sekarang kamu harus bisa menjaga diri.. Umi punya tips buat kamu, yaitu.. tips-tips berurusan dengan bukan muhrim:
1. Elakkan berhubungan dengan lelaki. Kalau ada peluang untuk minta bantuan dari akhwat (bagi akhwat) dan ikhwan (bagi ikhwan), mintalah tolong mereka. Lainlah benda-benda di luar kudrat kita contohnya apabila akhwat minta bantuan ikhwan soal memperbaiki laptop, kereta dan perkara-perkara yang tak mampu dilakukan akhwat. Silalah mempergunakan kemahiran dan kepakaran yang ada. Begitu jugalah sebaliknya bagi ikhwan.
2. Andai terpaksa berhubung dengan bukan muhrim gunakanlah perantaraan berbentuk tulisan seperti sms, nota kecil dan sebagainya. Ringkaskan dan padatkan ayat-ayat.
Andai terdesak sangat untuk bercakap melalui telepon, jagalah suara kamu terutama akhwat selari dengan tuntutan Al-Quran: "Wahai isteri2 nabi, kamu bukanlah seperti perempuan-perempuan lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah lemah lembutkan suara dalam berbicara, sehingga bangkit nafsu org yang ada penyakit dlm hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan yg baik."
3. Tundukkan hati.. Kan ada pepatah, dari mata turun kehati.  Sepatutnya apabila kita berurusan dengan bukan muhrim kita perlu risaukan kemurkaanNya. Banyak-banyaklah berdoa semoga urusan dipermudahkan dan bebas daripada fitnah. Minta dariNya supaya dipelihara daripada panahan syaitan.
4. Tundukan pandangan yaa.. Jangan tertipu dgn matapelajaran kaedah berkomunikasi yang kita belajar "make eye contact with the person you're talking to". Melainkan dengan kaum sejenis. Teramatlah disarankan demi membina ukhwah yang kukuh. Berwaspada dengan konsep "dari mata turun ke hati". Tak bermakna tundukan pandangan sehingga jalan terlanggar tiang.
5. Mempercepatkan urusan. Apabila ada urusan, segerakanlah kerja. Tak perlulah sampai hendak berkongsi hal peribadi, luahan hati, gelak ketawa dan sebagainya yang tidak penting. Berbincanglah di tempat yang sesuai dan segerakan urusan.  Okeeee???” Umi memperingatiku.
            “oke umi .... “ jawabku.

Dan (juga) kaum Ad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan setan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam..
(Surah Al-Anakabut,Surah 29, ayat 38)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar